April 30, 2008
Novi Sahabatku. /6:03 AM
Hari sabtu siang yang cerah itu, aku baru saja merasakan lega yang bukan main. Perasaan lega ini disebabkan aku baru saja lulus SMA, alhamdulilah..dan lebih indahnya lagi aku mendapatkan juara ketiga dari jurusan IPS di sekolahku. Tapi semenjak aku mendapatkan kertas kecil di dalam sebuah amplop putih itu, aku tidak melihat sahabat karibku si Novi. Aku mencarinya di tengah kerumunan siswa-siswa dan para orang tuanya yang sedang asyik foto-foto ato berjalan menuju tempat parkir. Setelah berkeliling di wilayah depan gedung serba guna Sudirman itu aku masih tidak bisa menemukan temanku si Novi itu. Aku khawatir dia kenapa- napa karna aku tahu dia bisa saja tidak lulus ujian nasional, yah.. karna dia emang pemalas dan tak pintar. Aku sudah berteman dengan dia semenjak kelas 1 SMA, kami bertemu di kelas PMR, dan dia duduk dibelakangku. Sesosok pemuda yang agak aneh dan cenderung cengengesan itu sedang duduk seenaknya di kursi belakang tempat dudukku. Bak preman kesiangan dia memakai topi golf yang menurutku amat sangat tidak cocok dengan baju seragam SMA yang putih abu-abu itu.
Tak kusangka dan tak kunyana dialah sahabat terbaikku di SMA waktu itu, tidak tahu kekuatan seperti apakah yang membuatku bisa berteman dengan anak yang bandel dan berantakan seperti dia, yah karna aku orangnya perfectionist dari dulu aku susah punya teman. Tetapi walaupun si Novi banyak sekali hal-hal yang negatifnya dan sangat bertolak belakang denganku, aku hari demi hari malah makin dekat dengan dia. Ibaratnya disana ada aku, disitu pasti ada Novi dan begitu pula sebaliknya.
Kembali lagi di waktu aku mencari-cari Novi setelah aku mendapatkan hasil kelulusanku, susah betul kutemukan dia, padahal dia biasanya ada di tengah keramaian dan menjadi sok artis di tengah keramaian itu. dalam hati aku merasa ada yang janggal dengan menghilangnya Novi sementara setelah diumumkan hasil kelulusan itu. Dan ternyata feelingku benar, Novi aku temukan di sudut taman belakang gedung itu sendirian memegang amplop kelulusan sambil menopang dagu. Aku pun bertanya kepada dia
"Vi, gimana hasil kelulusanmu?? kamu lulus khan"
"Mboth, aku gak lulus" dia menjawabnya sambil tersenyum hampa kepadaku.
Saat itu juga aku langsung lemas, berasa seperti aku tidak berguna sebagai sahabatnya, padahal sebelum ujian nasional itu, waktu aku bertandang kerumahnya, ibunya berpesan kepadaku untuk mengajari Novi, supaya dia bisa lulus dan dapat nilai yang memuaskan di ujian nasional, dan aku mengiyakan. Tapi yang aku sesalkan bukanlah aku tak bisa mengajari Novi, tetapi Novinya yang tidak mau aku ajak belajar. Ada saja alasannya untuk tidak belajar bersamaku, capek lah, ada acara itu lah, ada acara gereja lah, itulah yang membuatku menjadi malas untuk berusaha mengajak dia belajar lagi, karna dia emang anaknya pemalas sekali.
Setelah hari kelulusan itu, tepatnya bulan Agustus 2006, Novi mendaftarkan Kejar Paket C, dan dia mulai masuk kelas tiap hari rabu, kamis dan sabtu. Akupun yang sedang menunggu keberangkatanku ke Singapura, hanya bisa mensupportnya dari belakang, seperti kalau dia ada masalah dan hal yang susah akupun dengan suka hati datang kerumahnya dan mengajari dia ini itu. Dan setelah dia menjalani kejar paket C, akhirnya diapun lulus, tapi tetap dengan nilai yang pas-pasan, tapi tak apa lah yang penting dia bisa mendapatkan nilai yang bagus.
Bulan september akhir akupun pergi untuk kuliah di Singapura, aku pun lost kontak dengan dia sampe akhirnya aku balik ke Salatiga, dan bisa bertemu dia. Yah karna memang sifatnya dia yang pemalas, dia juga masih menganggur sampai detik itu, aku pun sudah menyarankan dia untuk bekerja tapi dia bilang mumpung masih muda harus dinikmati dulu, dan aku pun tak bisa berbuat apa-apa lagi karna dia orangnya susah untuk di beri nasehat.
Bulan Januari awal akupun berangkat lagi ke Singapura, dan bulan Mei aku balik lagi ke Salatiga. Aku bertemu dia dan dia nampak makin kacau, tinggal di kamar yang aku bilang mirip seperti gudang, dan dia tidak punya uang, dan minta ke ibunya trus. Aku pun berusaha untuk mengingatkan dia supaya berusaha dan bekerja, dan dia bilang kepadaku kalau dia akan bekerja di Malaysia di sebuah kapal, karna saudaranya ada yang menawarinya. Aku pun sangat gembira mendengar kabar itu.
Bulan Juni aku pun kembali ke Singapura lagi untuk menyelesaikan higher diplomaku disana, dan itulah terakhir kali aku melihat sahabatku itu.
Bulan Agustus 2007 aku mendapatkan telefon dari nomer Malaysia, dan aku pikir itu dari saudaraku disana, jadi langsung saja aku angkat. Ternyata itu bukan dari saudaraku, melainkan dari Novi. Aku senang sekali saat itu, aku merasa kalau dia akhirnya bisa berguna bagi orang lain. Dia bercerita padaku kalau dia bekerja di kapal pesiar antara Sarawak-Johor, dan dia juga bilang kalau kapan-kapan dia akan ke Singapura kalau kapalnya mendarat di Singapura, dan aku pun hanya bisa menunggu saat itu tiba.
Setelah itu dia menelfonku di bulan September 2007, dia kembali menelfonku, dari suaranya dia nampak sedang mabuk dan sedih. Dia bercerita kalau di kapal itu dia bekerja tak kenal waktu, hanya diberi waktu untuk istirahat, makan, dan mandi tiap hari hanya 8 jam sehari. Selain itu juga adanya diskriminasi ini itu pada buruh atau TKI disana, dan aku yang tidak bisa menolongnya hanya bisa menenangkannya, dan setelah kami bercakap-cakap selama satu jam kami pun mengakhiri pembicaraan yang menyedihkan itu.
Itulah terakhir kali aku mendengar kabarnya, aku telfon HPnya sudah tidak aktif trus, aku tanya teman-temanku yang lain di Salatiga juga tidak ada yang tahu.
Sahabatku.... aku disini hanya bisa mendoakan kau baik-baik saja dimanapun kau berada... aku harap kita bisa bertemu lagi... terimakasih telah menjadi sahabat terbaikku, dan mengisi hari-hari SMA ku dengan tawa.... semoga kita bisa menjadi sahabat selamanya... :')
Labels: Kejamnya Kehidupan, Persahabatan
1 had their say | have yours?