May 10, 2008
Don't judge a book by its cover.. /10:46 PM
Don't judge a book by its cover... mungkin itu adalah ungkapan yang tepat buat post saya kali ini. Orang cenderung berfikir bahwa orang yang mukanya ganteng ato cantik, bersih putih, pakai baju bermerek, bulu mata lentik, dan hal-hal bagus laennya adalah orang yang berpendidikan, gaul, kaya dan terhormat. Padahal tampak luar saja belum tentu bisa menjadi ukuran status sosial seseorang. Saya kadang kesal terhadap orang-orang tersebut. Seperti pengalaman teman saya yang bersekolah di Singapura. Dia pernah dikira TKW di Bandara Sukarno Hatta oleh salah satu petugas airport gara-gara mukanya tipikal orang jawa tulen. Dengan kasarnya petugas bandara itu menyuruh teman saya tersebut untuk mengantri di line khusus para TKW. Terang saja teman saya tersebut marah bukan main dan menunjukkan kartu pelajarnya, dan akhirnya si petugas pun mengerti dan minta maaf kepadanya.
Ada lagi cerita tentang teman saya yang sok-sokan tidak mau makan di pinggir jalan setelah kuliah di Jakarta, bicara yang diselipkan bahasa inggris disana-sini, hanya mau kenalan dengan orang-orang yang high-class dan sebagainya. Padahal realitanya orang-orang seperti itu kebanyakan adalah orang yang sebenarnya hanya menutupi kekurangannya seperti kekurangan dalam masalah financial atau kekurangan dalam berfikir alias bodoh.
Teman saya yang suka berbohong demi dikira kaya dan hebat pun sering saya temui dalam hidup ini. Ada teman SMA saya yang berbohong punya banyak rumah, punya playstation 2 dirumahnya, punya mobil 3 buah, pernah jalan-jalan ke luar negeri dan sebagainya. Dan pada saat itupun kami percaya saja karena memang dia good looking, mempunyai handphone kamera yang pada saat itu memang jarang ditemui, selalu mentraktir kita dan dulunya memang kita baru menjadi teman selama 6 bulan.
Pada kenyataannya semua yang dia utarakan kepada kami dulu adalah bohong semuanya. Tidak ada satupun yang benar, bahkan dia mengambil uang SPP bulanan untuk digunakan kepentingan dia sendiri. Kasihan sekali melihat ibunya yang ditinggal suaminya bertugas di Papua, harus membayar double untuk SPP selama setahun pada hari pengambilan raport tiba. Sekarang dia sudah tidak dianggap oleh orangtuanya lagi, karena dia yang selalu berambisi untuk menjadi orang yang pingin dianggap orang lain sebagai orang yang hebat, kaya, pintar dan sebagainya. Itu membuat dia menjadi suka mencuri uang orang tuanya, selalu berbohong demi mendapatkan uang dan sekarang menjadi gelandangan entah dimana dia berada.
Orang yang kita anggap hebat belum tentu sehebat yang kita pikirkan. Kehidupan ini kadang dihuni oleh orang-orang yang seperti itu. Maka dari itu jangan menilai orang dari tampak luarnya, dari apa yang dia ceritakan kepada kita atau hal-hal manis yang dia utarakan. Seperti katak dalam tempurung. Tetapi sebenarnya orang yang pintar, kaya, intelektual, mempunyai banyak pengetahuan tidak pernah mau menunjukkannya kepada orang lain. Seperti ilmu padi semakin lama semakin merunduk, begitulah kita manusia seharusnya menjadi padi yang selalu down to earth kepada apa yang telah kita dapatkan dari Sang Pencipta. :)
Labels: Makna Kehidupan, Negara Indonesia
6 had their say | have yours?